Game adalah permainan. Sesederhanakah istilah game itu? Bagaimana pula Game berkembang di Indonesia? Game telah menjadi industri yang nilainya bombastis. Di Amerika saja, industri game menghasilkan 34 miliar dolar per tahun pada tahun 2006 saja. Bayangkan saja jika industri ini berkembang pada tahun 2007, sudah seberapa besar penghasilan yang didapat oleh perusahaan game tersebut. Dan saat ini mulai berkembang permainan game secara online melalui dunia maya. Wah, tentu ini bukan hal baru laqgi karena pada awal tahun 2000an, game online sudah mulai mewabah di kalangan pelajar Indonesia. Mulai dari Ragnarok online ( game yang satu ini demikian popular sampai-sampai ada warnet yang khusus melayani pelanggan untuk bermain game ini saja ), stargate, nexia, 02jam, knight, deco, audition ayodance, gunbound, xian, pangya, seal, getamped-R, ryl, dota, rf online, lilonline, dan lain-lain. Mungkin beberapa jarang dimainkan oleh gamers(sebutan untuk para penyuka game), tapi yang jelas kalau sudah Ragnarok, mungkin tidak ada satupun gamers sejati yang melewatkannya.
Hal yang perlu diketahui bahwa perkembangan industri game di Indonesia semakin lam semakin berkembang pesat. Bahkan salah satu Game Developer ( disingkat gamdev ), DivineKids secara produktif memproduksi 23 game pada tahun 2006. Meski penuh pro kontra para gamdev dan gamers di dunia maya, David Setiabudi, creator DivineKids telah mendaftarkan game karyanya ke HAKI untuk memperoleh Hak Cipta dan secara mengejutkan, terpilih oleh Muri sebagai Pembuat Game Pertama di Indonesia. Sebenarnya Industri game di Indonesia sudah ada sejak lama. Sejak tahun 1991, sudah mulai muncul game game lokal dengan yang belum jelas siapa yang membuatnya. Hingga bertahun tahun berlalu, mulailah satu persatu orang membuat game sendiri dengan aplikasi yang sangat terbatas. Namun sekali lagi, tidak di publish ke luar, dan hanya di mainkan oleh kalangan sendiri, misalnya dimainkan sendiri atau dipublish hanya pada komunitas tertentu yaitu teman sekolah atau kuliah.
Lama kelamaan, muncullah orang-orang yang memberanikan diri untuk membentuk sebuah team dan membangun studio-studio game di Indonesia. Salah satu studio game yang cukup senior di Indonesia adalah Matahari Studio yang merupakan studio Outsourcing. Di sini Matahari sering kali mendapat project outsourcing dari EA GAMES, dimana mereka terlibat dalam beberapa project Need For speed. baik itu NFS Underground, Most wanted maupun carbon. Juga ada studi-studio game lainnya, misalnya Max Studio yang berlokasi di Jalan Panjang, Jakarta. Studio baru berdiri sekitar 3 tahunan lebih, tapi sudah menghasilkan lumayan banyak game, dan salah satu gamenya yang berjudul Burning Armor pernah menduduki jajaran atas TOP TEN game mobile application di Taiwan dan beberapa negara lainnya. Bahkan dengan game ini pula, Max studio berhasil menjuarai EDGE coding competition se-ASIA tahun 2006 lalu.Sekarang pun mereka sedang mendevelop game 3D dengan menggunakan XNA yang nantinya bisa di gunakan untuk aplikasi XBOX 360. Selain itu ada pula Altermythn yang merupakan pembuat dari game INSPIRIT ARENA. dan mereka memiliki divisi khusus yakni LILO dan bertugas mendevelop LILO games, Menara Games yang merupakan salah satu game studio di Bandung. Meski sangat terkesan baru dan muda, tapi Menara Games memiliki game yang berhasil meraih jajaran atas di website gamehouse. IplayAllDay studio, I Play All day studio ini memiliki game unggulan yakni Motorama game. Masih banyak sekali studio studio game lainnya, misalnya V RESY studio yang sedang mendevelop game 3D seperti seal, juga ada game Nusantara online dari Sangkuriang Studio.
Selain berupa team, gamdev juga dapat berupa perorangan, misalnya dari Wandah Studio yang sekarang bekerja di Dubai. Atau Arief Raditya (belugerin) yang game nya berhasil masuk di Crazy Monkey.
Pada tahun 2006, seperti yang sempat disinggung di atas, Muri memberikan penghargaan kepada David Setiabudi, seorang game developer dengan karyanya yaitu Divine Kids Games. Sebenarnya, karya David cukup unik, karena bahasa yang digunakan sebagai pengantar game nya, selain bahasa Indonesia, juga ada bahasa jawa dan palembang. Namun tentu saja masih banyak kekurangan di sana-sini yang perlu diperbaiki. Dan suatu karya pasti ada yang mendukung positif dan ada yang menentang maupun yang terang-terngan menolak. Dalam sebuah forum para penggemar game mapupun gamdev di dunia maya. Perbincangan mengenai David Setiabudi banyak ditemukan. Ada yang pro dan membela dan ada pula yang menghina, mencemooh. Penyebab utamanya ternayat adalah predikat yang diberikan Muri sebgai Pembuat game Pertama di Indonesia. Yang kontra beranggapan bahwa, David bukanlah yang pertama mebuat game. Jauh di tahun 1994, telah banyak karya game dalam negeri yang diciptakan, walaupun belum pernah dipublikasikan. David pun sebenrnya juga akur saja dengan pernyataan ini. Memang menurutnya, ada sesepuh gamdev yang menciptakan game lebih dahulu daripada dia. Namun dia juga bersikukuh bahwa, Divine Kids yang diciptakannya adalah game buatan Indonesia pertama yang mendapatkan hak cipta dan hal tersebut tidak dapat diganggu gugat. Polemik mengenai kasus tersebut sangat panjang. Tanpa memihak siapapun juga, langkah baiknya jika para gamdev tidak melulu memperdebatkan hal itu di forum dunia maya. Sebaliknya, demi memajukan game di Indonesia, para gamdev tersebut dapat saling bekerja sama dan berlomba-lomba menhasilkan karya-karya terbaik dalam negeri agar dapat diakui oleh dunia game internasional.
Terlepas dari perkembangannya, perlu kiranya kita juga menelaah kembali dampak yang ditimbulkan dari keberadaan game, gamers, dan gamdev bagi dunia pendidikan dan anak-anak. Tentu saja sebagai bagian dari civitas akademika, kita tidak boleh melewatkan hal-hal seperti ini, karena merupakan kontribusi yang dapat kita bagi kepada dunia pendidikan tanah air. Sampai saat ini media hiburan game, baik online maupun tidak masih menimbulkan pro dan kontra soal baik-buruknya. Mulai dari politikus, orang tua, guru, bahkan dari kalangan gamer sendiri tak pernah berhenti mempermasalahkan dampak dari game.
Bahasan mengenai baik-buruknya sebuah game, lagi-lagi baik yang online maupun tidak, akan menjadi perdebatan yang panjang dan tidak kunjung selesai dalam beberapa kali diskusi. Keadaan seperti persis seperti dalam game yang bertarung berhadapan satu lawan satu.
Pada suatu riset yang dilakukan oleh seorang professor di Jepang yang notabene adalah Negara yang menjadi tanah air dari video game sendiri yaitu professor Ryuta Kawashima di Universitas Sendai’s Tokohu, ia menyimpulkan bahwa sound dan vision game dari Nintendo dapat merusak otak walaupun tidak menstimulasi bagian yang lain. Kawashima mencemaskan keadaan generasi anak-anak di masa depan yang terus bermain video game. Pada masyarakat akan terlihat secara nyata dampak negative yang menimbulkan kekerasan pada si anak itu sendiri, seperti contohnya perilaku kekerasan seperti adegan di game yang mereka mainkan, menurunnya perilaku belajar dan gemar membaca.
Selain itu game diyakini dapat mebuat orang terisolir dari kehidupan social masyarakat. Alasan yang cukup logis karena orang yan g terus menerus bermain game yang notabene dilakukan secara individual, maka orang akan malas untuk beraktivitas dengan orang lain, kemampuan bersosialisasinya kurang dan dapat menyebabkan canggung dalam pergaulan. Walaupun kurang masuk akal, tapi sebuah grup berbasis web, yaitu Online Gamers Anonymous didirikan oleh seorang Ibu dari Shawn Woolley yang tewas setelah bermain game online, menndirikan grup tersebut dengan tujuan untuk menghimpun gamers yang terisolasi dan dan terbuang akibat terlalu sering bermain game. Bahkan pada tahun 2003, jumlah anggota dari grup tersebut sudah mencapai 650 orang untuk wilayah Amerika saja.
Game bersifat adiktif. Orang tua, pasangan suami istri, dan sejumlah ilmuwan mengamati fenomena ini yang disebut sebagi “ketagihan video game” fenomena ini banyak terjadi di kalangan penggemar game Massive Multiplayer Online RPG (MMORPG) seperti Ragnarok Online, Pangya, atau serial klasik EverQuest. Mereka jadi malas bekerja, bersosialisasi dengan teman, bahkan kehilangan nafsu makan.
Selain dampak buruk yang disebutkan di atas masih terdapat dampak lain yang tidak kalah serius. Bermain game terlalu lama dapat mengganggu kesehatan mata dan jari, misalnya radang jari tangan yang disebut “ sindrom vibrasi lengan “, penyebabnya adalah terlalu lama memegang contoller. Selain itu, game disinyalir juga menimbulkan kekerasan. Hal ini juga tidak salh, karena pada beberapa permainan game seperti Mortal Kombat yang menyajikan game pertarungan, adegan yang ditampilakan sangat nkeras dan banjir darah. Namun tentu saja dampak buruk ini sifatnya relative pada setiap gamer. Karena bahkan sampai sekarang, para psikolog belum dapat menghubungkan antara kekerasan di video game dengan kenyataan yang terjadi, hasil penelitian belum juga ditemukan.
Tentu saja tidak selamanya game memberi dampak buruk, game juga dapat membuat orang pintar. Penelitian di Manchester University dan Central Lanchashire University membuktikan bahwa gamer yang bermain game 18 jam per minggu memiliki koordinasi yang baik antara tangan dan mata setara dengan kemampuan atlet. Dr. Jo Bryce, kepala penelitian menemukan bahwa hardcore gamer punya daya konsentrasi tinggi yang memungkinkan mereka mampu menuntaskan beberapa tugas. Penelitian lain di Rochester University mengungkapkan bahwa anak-anak yang memainkan game action secara teratur memiliki ketajaman mata yang lebih cepat daripada mereka yang tidak terbiasa dengan joypad.
Bahkan NASA telah mengembangkan sistem biofeedback yang menggunakan game-game PS, seperti Spyro the Dragon dan Tony Hawk’s Pro Skater untuk meningkatkan daya konsentrasi pilot pesawat tempur. Lalu sebuah perusahaan bernama Attention Builders memasarkan home version-nya sistem yang dikeluarkan NASA itu untuk meningkatkan kinerja otak.
Selain itu ternyata yang tidak kalah mengejutkan adalah, bahwa ternyata bermain game juga dapat menyebabkan rajin membaca. Video game dibuat bukan untuk menggantikan buku. Jadi, keluhan soal bermain game yang dapat menurunkan budaya membaca tidaklah beralasan. Justru kebalikannya. Psikolog di Finland University menyatakan bahwa video game bisa membantu anak-anak dislexia untuk meningkatkan kemampuan baca mereka. Begitu pula gamer yang hobi memainkan game berjenis role-playing game (RPG) di konsol modern. Dialog-dialog dalam RPG-RPG kenamaan seperti Final Fantasy dan Phantasy Star dapat memacu otak untuk mencerna cerita
Bermain games ternyata tidak berpengaruh pada proses bersosialisasi bahka justru membantu bersosialisasi! Beberapa profesor di Loyola University, Chicago telah mengadakan penelitian dalam komunitas Counter Strike, game First Person Shooter PC yang telah dibuat versi Xbox-nya. Menurut mereka, game online dapat menumbuhkan interaksi sosial yang menentang stereotip gamer yang terisolasi. Sama juga dengan komunitas game RPG EverQuest dan Phantasy Star Online. Game-game ini menyediakan sarana interaksi sosial di kalangan anak remaja.
Selain itu, bermain game juga dapat mengusir stress. Politikus dan orang tua meributkan kekerasan akibat video game. Sebetulnya mereka tak mau mengakui kalau game itu salah satu cara yang tidak berbahaya untuk mengusir stres. Pertempurannya virtual, senjatanya palsu, dan darahnya juga bohongan. Bahkan first-person shooter yang paling keras pun serba digital. Para peneliti di Indiana University menjelaskan bahwa bermain game dapat mengendurkan ketegangan syaraf dan memulihkan kondisi tubuh. Game terbukti dapat digunakan untuk pasien yang sedang mendapat terapi fisik. Dr. Mark Griffiths, psikolog di Nottingham Trent University telah melakukan penelitian sejauh mana manfaat game dalam terapi fisik. Pengenalan video game dalam terapi fisik ternyata sangat menguntungkan. Beberapa game digunakannya untuk membentuk otot sampai melatih Jadi ternyata banyak juga manfaat yang didapat dari bermain game. Tentu saja segala sesuatu yang berlebihan tidak baik untuk tubuh dan otak kita. Bermain game terlalu lam tentu saja dapat mengakibatkan mata lelah. Oleh karena itu tetap harus ada batasna maksimum bermain game setiap harinya. Untuk para pelajar, trntu saja kewajiban utama adalah belajar, bukan bermain game. Game adalah sarana hiburan dan relaksasi yang dapt dijadikan alternative saat lelah belajar dan berpikir.
Hal yang perlu diketahui bahwa perkembangan industri game di Indonesia semakin lam semakin berkembang pesat. Bahkan salah satu Game Developer ( disingkat gamdev ), DivineKids secara produktif memproduksi 23 game pada tahun 2006. Meski penuh pro kontra para gamdev dan gamers di dunia maya, David Setiabudi, creator DivineKids telah mendaftarkan game karyanya ke HAKI untuk memperoleh Hak Cipta dan secara mengejutkan, terpilih oleh Muri sebagai Pembuat Game Pertama di Indonesia. Sebenarnya Industri game di Indonesia sudah ada sejak lama. Sejak tahun 1991, sudah mulai muncul game game lokal dengan yang belum jelas siapa yang membuatnya. Hingga bertahun tahun berlalu, mulailah satu persatu orang membuat game sendiri dengan aplikasi yang sangat terbatas. Namun sekali lagi, tidak di publish ke luar, dan hanya di mainkan oleh kalangan sendiri, misalnya dimainkan sendiri atau dipublish hanya pada komunitas tertentu yaitu teman sekolah atau kuliah.
Lama kelamaan, muncullah orang-orang yang memberanikan diri untuk membentuk sebuah team dan membangun studio-studio game di Indonesia. Salah satu studio game yang cukup senior di Indonesia adalah Matahari Studio yang merupakan studio Outsourcing. Di sini Matahari sering kali mendapat project outsourcing dari EA GAMES, dimana mereka terlibat dalam beberapa project Need For speed. baik itu NFS Underground, Most wanted maupun carbon. Juga ada studi-studio game lainnya, misalnya Max Studio yang berlokasi di Jalan Panjang, Jakarta. Studio baru berdiri sekitar 3 tahunan lebih, tapi sudah menghasilkan lumayan banyak game, dan salah satu gamenya yang berjudul Burning Armor pernah menduduki jajaran atas TOP TEN game mobile application di Taiwan dan beberapa negara lainnya. Bahkan dengan game ini pula, Max studio berhasil menjuarai EDGE coding competition se-ASIA tahun 2006 lalu.Sekarang pun mereka sedang mendevelop game 3D dengan menggunakan XNA yang nantinya bisa di gunakan untuk aplikasi XBOX 360. Selain itu ada pula Altermythn yang merupakan pembuat dari game INSPIRIT ARENA. dan mereka memiliki divisi khusus yakni LILO dan bertugas mendevelop LILO games, Menara Games yang merupakan salah satu game studio di Bandung. Meski sangat terkesan baru dan muda, tapi Menara Games memiliki game yang berhasil meraih jajaran atas di website gamehouse. IplayAllDay studio, I Play All day studio ini memiliki game unggulan yakni Motorama game. Masih banyak sekali studio studio game lainnya, misalnya V RESY studio yang sedang mendevelop game 3D seperti seal, juga ada game Nusantara online dari Sangkuriang Studio.
Selain berupa team, gamdev juga dapat berupa perorangan, misalnya dari Wandah Studio yang sekarang bekerja di Dubai. Atau Arief Raditya (belugerin) yang game nya berhasil masuk di Crazy Monkey.
Pada tahun 2006, seperti yang sempat disinggung di atas, Muri memberikan penghargaan kepada David Setiabudi, seorang game developer dengan karyanya yaitu Divine Kids Games. Sebenarnya, karya David cukup unik, karena bahasa yang digunakan sebagai pengantar game nya, selain bahasa Indonesia, juga ada bahasa jawa dan palembang. Namun tentu saja masih banyak kekurangan di sana-sini yang perlu diperbaiki. Dan suatu karya pasti ada yang mendukung positif dan ada yang menentang maupun yang terang-terngan menolak. Dalam sebuah forum para penggemar game mapupun gamdev di dunia maya. Perbincangan mengenai David Setiabudi banyak ditemukan. Ada yang pro dan membela dan ada pula yang menghina, mencemooh. Penyebab utamanya ternayat adalah predikat yang diberikan Muri sebgai Pembuat game Pertama di Indonesia. Yang kontra beranggapan bahwa, David bukanlah yang pertama mebuat game. Jauh di tahun 1994, telah banyak karya game dalam negeri yang diciptakan, walaupun belum pernah dipublikasikan. David pun sebenrnya juga akur saja dengan pernyataan ini. Memang menurutnya, ada sesepuh gamdev yang menciptakan game lebih dahulu daripada dia. Namun dia juga bersikukuh bahwa, Divine Kids yang diciptakannya adalah game buatan Indonesia pertama yang mendapatkan hak cipta dan hal tersebut tidak dapat diganggu gugat. Polemik mengenai kasus tersebut sangat panjang. Tanpa memihak siapapun juga, langkah baiknya jika para gamdev tidak melulu memperdebatkan hal itu di forum dunia maya. Sebaliknya, demi memajukan game di Indonesia, para gamdev tersebut dapat saling bekerja sama dan berlomba-lomba menhasilkan karya-karya terbaik dalam negeri agar dapat diakui oleh dunia game internasional.
Terlepas dari perkembangannya, perlu kiranya kita juga menelaah kembali dampak yang ditimbulkan dari keberadaan game, gamers, dan gamdev bagi dunia pendidikan dan anak-anak. Tentu saja sebagai bagian dari civitas akademika, kita tidak boleh melewatkan hal-hal seperti ini, karena merupakan kontribusi yang dapat kita bagi kepada dunia pendidikan tanah air. Sampai saat ini media hiburan game, baik online maupun tidak masih menimbulkan pro dan kontra soal baik-buruknya. Mulai dari politikus, orang tua, guru, bahkan dari kalangan gamer sendiri tak pernah berhenti mempermasalahkan dampak dari game.
Bahasan mengenai baik-buruknya sebuah game, lagi-lagi baik yang online maupun tidak, akan menjadi perdebatan yang panjang dan tidak kunjung selesai dalam beberapa kali diskusi. Keadaan seperti persis seperti dalam game yang bertarung berhadapan satu lawan satu.
Pada suatu riset yang dilakukan oleh seorang professor di Jepang yang notabene adalah Negara yang menjadi tanah air dari video game sendiri yaitu professor Ryuta Kawashima di Universitas Sendai’s Tokohu, ia menyimpulkan bahwa sound dan vision game dari Nintendo dapat merusak otak walaupun tidak menstimulasi bagian yang lain. Kawashima mencemaskan keadaan generasi anak-anak di masa depan yang terus bermain video game. Pada masyarakat akan terlihat secara nyata dampak negative yang menimbulkan kekerasan pada si anak itu sendiri, seperti contohnya perilaku kekerasan seperti adegan di game yang mereka mainkan, menurunnya perilaku belajar dan gemar membaca.
Selain itu game diyakini dapat mebuat orang terisolir dari kehidupan social masyarakat. Alasan yang cukup logis karena orang yan g terus menerus bermain game yang notabene dilakukan secara individual, maka orang akan malas untuk beraktivitas dengan orang lain, kemampuan bersosialisasinya kurang dan dapat menyebabkan canggung dalam pergaulan. Walaupun kurang masuk akal, tapi sebuah grup berbasis web, yaitu Online Gamers Anonymous didirikan oleh seorang Ibu dari Shawn Woolley yang tewas setelah bermain game online, menndirikan grup tersebut dengan tujuan untuk menghimpun gamers yang terisolasi dan dan terbuang akibat terlalu sering bermain game. Bahkan pada tahun 2003, jumlah anggota dari grup tersebut sudah mencapai 650 orang untuk wilayah Amerika saja.
Game bersifat adiktif. Orang tua, pasangan suami istri, dan sejumlah ilmuwan mengamati fenomena ini yang disebut sebagi “ketagihan video game” fenomena ini banyak terjadi di kalangan penggemar game Massive Multiplayer Online RPG (MMORPG) seperti Ragnarok Online, Pangya, atau serial klasik EverQuest. Mereka jadi malas bekerja, bersosialisasi dengan teman, bahkan kehilangan nafsu makan.
Selain dampak buruk yang disebutkan di atas masih terdapat dampak lain yang tidak kalah serius. Bermain game terlalu lama dapat mengganggu kesehatan mata dan jari, misalnya radang jari tangan yang disebut “ sindrom vibrasi lengan “, penyebabnya adalah terlalu lama memegang contoller. Selain itu, game disinyalir juga menimbulkan kekerasan. Hal ini juga tidak salh, karena pada beberapa permainan game seperti Mortal Kombat yang menyajikan game pertarungan, adegan yang ditampilakan sangat nkeras dan banjir darah. Namun tentu saja dampak buruk ini sifatnya relative pada setiap gamer. Karena bahkan sampai sekarang, para psikolog belum dapat menghubungkan antara kekerasan di video game dengan kenyataan yang terjadi, hasil penelitian belum juga ditemukan.
Tentu saja tidak selamanya game memberi dampak buruk, game juga dapat membuat orang pintar. Penelitian di Manchester University dan Central Lanchashire University membuktikan bahwa gamer yang bermain game 18 jam per minggu memiliki koordinasi yang baik antara tangan dan mata setara dengan kemampuan atlet. Dr. Jo Bryce, kepala penelitian menemukan bahwa hardcore gamer punya daya konsentrasi tinggi yang memungkinkan mereka mampu menuntaskan beberapa tugas. Penelitian lain di Rochester University mengungkapkan bahwa anak-anak yang memainkan game action secara teratur memiliki ketajaman mata yang lebih cepat daripada mereka yang tidak terbiasa dengan joypad.
Bahkan NASA telah mengembangkan sistem biofeedback yang menggunakan game-game PS, seperti Spyro the Dragon dan Tony Hawk’s Pro Skater untuk meningkatkan daya konsentrasi pilot pesawat tempur. Lalu sebuah perusahaan bernama Attention Builders memasarkan home version-nya sistem yang dikeluarkan NASA itu untuk meningkatkan kinerja otak.
Selain itu ternyata yang tidak kalah mengejutkan adalah, bahwa ternyata bermain game juga dapat menyebabkan rajin membaca. Video game dibuat bukan untuk menggantikan buku. Jadi, keluhan soal bermain game yang dapat menurunkan budaya membaca tidaklah beralasan. Justru kebalikannya. Psikolog di Finland University menyatakan bahwa video game bisa membantu anak-anak dislexia untuk meningkatkan kemampuan baca mereka. Begitu pula gamer yang hobi memainkan game berjenis role-playing game (RPG) di konsol modern. Dialog-dialog dalam RPG-RPG kenamaan seperti Final Fantasy dan Phantasy Star dapat memacu otak untuk mencerna cerita
Bermain games ternyata tidak berpengaruh pada proses bersosialisasi bahka justru membantu bersosialisasi! Beberapa profesor di Loyola University, Chicago telah mengadakan penelitian dalam komunitas Counter Strike, game First Person Shooter PC yang telah dibuat versi Xbox-nya. Menurut mereka, game online dapat menumbuhkan interaksi sosial yang menentang stereotip gamer yang terisolasi. Sama juga dengan komunitas game RPG EverQuest dan Phantasy Star Online. Game-game ini menyediakan sarana interaksi sosial di kalangan anak remaja.
Selain itu, bermain game juga dapat mengusir stress. Politikus dan orang tua meributkan kekerasan akibat video game. Sebetulnya mereka tak mau mengakui kalau game itu salah satu cara yang tidak berbahaya untuk mengusir stres. Pertempurannya virtual, senjatanya palsu, dan darahnya juga bohongan. Bahkan first-person shooter yang paling keras pun serba digital. Para peneliti di Indiana University menjelaskan bahwa bermain game dapat mengendurkan ketegangan syaraf dan memulihkan kondisi tubuh. Game terbukti dapat digunakan untuk pasien yang sedang mendapat terapi fisik. Dr. Mark Griffiths, psikolog di Nottingham Trent University telah melakukan penelitian sejauh mana manfaat game dalam terapi fisik. Pengenalan video game dalam terapi fisik ternyata sangat menguntungkan. Beberapa game digunakannya untuk membentuk otot sampai melatih Jadi ternyata banyak juga manfaat yang didapat dari bermain game. Tentu saja segala sesuatu yang berlebihan tidak baik untuk tubuh dan otak kita. Bermain game terlalu lam tentu saja dapat mengakibatkan mata lelah. Oleh karena itu tetap harus ada batasna maksimum bermain game setiap harinya. Untuk para pelajar, trntu saja kewajiban utama adalah belajar, bukan bermain game. Game adalah sarana hiburan dan relaksasi yang dapt dijadikan alternative saat lelah belajar dan berpikir.
0 komentar:
Posting Komentar